Aparat Bongkar Lapas Mewah Sukamiskin yang Didanai Napi Koruptor
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM kembali melakukan \"bersih-bersih\" di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Sukamiskin, Jalan AH Nasution Kota Bandung, pada Selasa (24/7). Setelah menyita berbagai barang, mulai dari kulkas sampai uang tunai Rp102 juta, kali ini giliran saung-saung yang dibongkar. Pembongkaran dimulai sekira pukul 17.30, diawali apel yang diikuti puluhan petugas. Akan tetapi, wartawan tidak bisa menyaksikan pembongkaran saung karena berlangsung tertutup. Awak media yang berada di luar lapas hanya bisa melihat beberapa unit mobil bak terbuka dan satu unit truk belasan kali keluar-masuk lapas membawa puing-puing bekas saung yang terbuat dari bambu. Terlihat pula beberapa tabung gas, matras, dan dispenser. Menurut keterangan salah seorang supir mobil bak terbuka, puing-puing itu akan dibawa ke Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) yang lokasinya tidak jauh dari Lapas Sukamiskin. Plt Kakanwil Hukum dan HAM Jabar, Dodot Adikoeswanto, menyebutkan, terdapat 32 saung elite di lingkungan Lapas Sukamiskin. Saung-saung yang dibuat secara swadaya oleh para penghuni lapas itu, dibongkar tanpa kecuali. \"Yang membuat saung ini warga binaan sendiri atas dana mereka sendiri. Oleh karena itu, besok akan dibuatkan saung yang dibikin oleh negara, menjadi fasilitas umum yang ada di dalam lapas,\" kata Dodot sebagaimana dilaporkan wartawan di Bandung, Julia Alazka. Selama ini, Dodot mengungkapkan, saung-saung tersebut dipakai untuk menerima kunjungan keluarga dan kolega napi tertentu saja. Karena itu, pihaknya akan membuat ruang kunjungan yang bisa dipakai secara massal. \"Tempat kunjungan nanti satu tempat, dan jam besuk normal saja,\" kata Dodot sekaligus menjawab rumor bebasnya jam besuk napi tipikor. Keterangan Dodot klop dengan pengakuan Patrice Rio Capella, mantan Sekjen Partai NasDem, yang pernah mendekam di Lapas Sukamiskin selama delapan bulan karena menerima suap terkait perkara dana bantuan sosial Sumatera Utara. Menurutnya, inisiatif membangun saung-saung di Sukamiskin muncul dari Rio dan sesama napi kasus korupsi. Rio beralasan, ruang pertemuan di Sukamiskin sempit dan tak layak untuk tamu para narapidana korupsi yang disebutnya sebagai masyarakat kelas atas. \"Yang datang itu sekelas menteri, pengusaha, gubernur atau wali kota. Di mana kami menerima mereka, ya di saung itu. Kami butuh tempat layak,\" kata dia. Pembongkaran saung-saung ini merupakan buntut dari operasi tangkap tangan Kepala Lapas Sukamiskin nonaktif, Wahid Husen, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (20/7). Cara ini, kata Dodot, sebagai upaya mengembalikan kepercayaan publik. \"Ini kita lakukan agar apa yang menjadi anggapan dari publik bahwa ada keistimewaan dalam lapas ini kita hilangkan,\" ujar Dodot. Dodot mengaku tidak mengetahui mengapa saung-saung itu bisa diizinkan dibangun di area Lapas Sukamiskin. \"Itu sudah berjalan sekian lama. Saya belum pernah di sini, saya baru bertugas dari Bangka Belitung,\" kilah Dodot. Hal senada juga diucapkan Pelaksana Tugas (Plt) Kalapas Sukamiskin, Kusnali. \"Kebetulan saya plt baru sehari ini. Jadi informasi-informasi (soal pemilik saung) itu, saya juga dapatnya justru dari media. Terkait pemanfaatannya itu diperjualbelikan atau disewakan, wallahualam. Yang jelas perintah pimpinan, saung tersebut harus dibongkar,\" kata Kusnali. Hingga pukul 00.30 WIB, Rabu (25/7) dinihari WIB, proses bongkar saung belum tuntas. Proses bongkar saung akan dilanjutkan pagi hari. Kusnali mengatakan, aksi bongkar saung berjalan kondusif dan tidak ada perlawanan dari para napi. Ukuran saung sendiri cukup variatif, antara lain 3x4 meter dan 3x5 meter. Ia berharap kasus ini bisa menjadi momentum bagi Lapas Sukamiskin melakukan pembenahan dan penertiban. Namun sejauh ini, belum ada rencana penggantian petugas lapas.
Di mana Fuad Amin?
Ada dua napi tipikor yang tidak ada di selnya saat KPK menggeledah Lapas Sukamiskin, Ahad lalu. Mereka adalah TB Chaeri Wardhana (Wawan) terpidana kasus pencucian uang dan Fuad Amin, terpidana suap pembelian gas alam Bangkalan. Keduanya dikabarkan mengaku sakit. Wawan sudah kembali ke Lapas Sukamiskin karena hanya menjalani rawat jalan, sedangkan Fuad Amin masih menjalani perawatan di RS Borromeus Kota Bandung Sebelumnya, Fuad disebutkan mengalami muntah darah. Kusnali mengaku terus memantau kondisi mantan Bupati Bangkalan itu. \"Kami selalu monitor kayak minum obat, satu hari 2 kali. Pagi foto kirim ke saya. Sore foto kirim ke saya kondisinya,\" ujar Kusnali. Kusnali menyebutkan, tidak ada batasan waktu bagi napi tipikor untuk pergi berobat. \"Sakit tidak ada waktunya, yang jelas dirawat di sana,\" katanya. Sementara itu, Kusnali menyebutkan belum ada rencana pemindahan napi tipikor ke lapas lain. \"Belum ada wacana pemindahan napi kita tunggu kebijakan pimpinan. Yang jelas Lapas Sukamiskin adalah lapas khusus tipikor. Apakah ke depan ada kebijakan lain kita tunggu saja,\" katanya (bbcindonesia)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: